Audio Frekuensi Pengusir Hama Tikus Sawah Memanfaatkan Energi Solar Sel

Authors

  • Gemilang Putra Pratama Politeknik Caltex Riau
  • Wakhyu Dwiono Politeknik Caltex Riau
  • Muhammad Diono Politeknik Caltex Riau

Abstract

Audio frekuensi pengusir hama tikus sawah merupakan sebuah inovasi dalam menanggulangi ancaman bahaya tikus terhadap lahan dan hasil pertanian yang diderita oleh para petani di Indonesia, alat ini memancarkan gelombang ultrasonic dengan range 20 khz sampai dengan 60 khz, gelombang ultrasonic tersebut dibangkitkan oleh sebuah ic NE 555,  dan untuk memberikan keluaran frekuensi yang acak terdapat 4 buah relay yang dihubungkan dengan 4 buah resistor yang bernilai beda, dan  alat ini dikontrol oleh sebuah master,dimana master tersebut yang bertugas menghidupkan dan mematikan 2 alat audio frekuensi tersebut. Untuk system komunikasi antara alat dan master yaitu menggunakan KYL 500S yang dikontrol oleh PIC Mikrokontoler, dimana master akan memerintahkan alat pertama untuk hidup selama 1 menit dan setelah itu memerintahkan nya untuk mati dan memberi perintah kepada alat 2 untuk hidup selama 10 menit. Alat ini akan memancarkan gelombang ultrasonic secara terus menerus sesuai dengan perintah dari master, dan tidak bergantung pada jala-jala listrik PLN, karena alat ini mendapatkan pasokan tenaga dari sel surya.

Author Biographies

Gemilang Putra Pratama, Politeknik Caltex Riau

Teknik Elektro Telekomunikasi

Wakhyu Dwiono, Politeknik Caltex Riau

Teknik Elektronika Telekomunikasi

Muhammad Diono, Politeknik Caltex Riau

Teknik Elektronika Telekomunikasi

References

Moh. Zulham Effendy., 2006. Rancang Bangun Alat Penghalau Tikus Dengan Gelombang Frekuensi Tinggi, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas, Jember

Giancoli D.C., 1998. Fisika, Penterjemah Yuhilsa Hanum, Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm 407-444

Bueche., 1986. Introduction to Physics for Scientests an Enggineers, NewYork: John Wiley & Sons Inc, pp 253-287)

Resnick R.,dan Haliday D.,1992. Fisika,Penterjemah Pantur Silaban dan Erwin Sucipto, Jakarta: Erlangga

Published

2017-02-23

Issue

Section

Artikel